Memahami Remaja dan Parenting yang Efektif untuk Remaja
Oleh
Eva S Kaumbur, M.Psi., Psikolog
Psikolog Klinis, RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
SuaraBanuaku, Minahasa – Pernahkah Anda mendengar istilah parenting? Ya, Parenting atau dalam Bahasa Indonesia disebut Pengasuhan adalah istilah yang tidak asing dan merupakan kewajiban yang dilakukan oleh orang tua setiap hari merujuk pada peran orang tua dalam membesarkan, memelihara, menjaga, membimbing dan mengarahkan anaknya. Pada penerapannya, gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua sering kali tidak berjalan dengan efektif. Ada beberapa jenis gaya pengasuhan tidak efektif yang sering kali tanpa disadari diterapkan oleh orang tua seperti: orang tua sangat membatasi, menghukum, dan mendesak anak untuk mendesak anak mengikuti arahan mereka (pengasuhan otoriter); orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak dan menilai kebutuhan anak tidak lebih penting daripada aspek lain kehidupan mereka (pengasuhan yang mengabaikan); ada pula orang tua yang sangat terlibat dengan kehidupan anaknya tanpa menerapkan kontrol dan segala sesuatu di ijinkan (pengasuhan yang menuruti) (Santrock, 2007b). Penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan ada kaitan antara gaya pengasuhan antara kepribadian dan perilaku seorang anak ketika dewasa (Rorsli, 2014; Sarwar, 2016; Metwall, 2018). Gaya pengasuhan yang efektif akan membentuk kepribadian dan periku anak yang positif, sedangkan gaya pengasuhan yang tidak efektif akan membentuk kepribadian anak yang negatif.
Lalu, bagaimana gaya pengasuhan yang efektif bagi anak? Singkatnya, pengasuhan efektif adalah orang tua dalam mengasuhannya menyesuaikan dengan perubahan perkembangan anak (Maccoby, 1984 dalam Santrock, 2007b). Setiap tahapan perkembangan anak mulai dari dalam kandungan sampai usia dewasa memiliki ciri, kebutuhan dan tantangannya masing-masing, sehingga pengasuhan perlu untuk disesuaikan. Salah satu tahapan perkembangan yang nilai cukup berat dan menantang bagi orang tua adalah masa remaja dengan segala problematikanya. Media elektronik maupun cetak setiap tahunnya memberitakan kasus anak remaja yang bermasalah dengan hukum. Berita yang sedang hangat dibicarakan adalah tiga anak remaja yang menjadi pelaku menganiayaan, yang salah satu anak merupakan anak dari seorang Aparatur Sipil Negara. Selain itu, di awal tahun 2023 saja, tidak kurang dari 10 masalah remaja yang dikonsultasikan kepada penulis.
Sebelum membahas pengasuhan efektif bagi remaja, mari kita pahami mengenai remaja! Ciri khas anak remaja yang perlu kita pahami sadalah secara biologis mereka sedang mengalami puberitas dimana terjadi perubahan hormonal, perubahan bentuk badan yang cepat, serta kematangan seksual (Santrok, 2007a). Oleh karenannya, topik mengenai reaksi emosi yang tidak stabil dan ketertarikan seksual menjadi fokus bagian anak-anak remaja. Orang tua harus mampu menyikapi secara positif dan bersikap tenang ketika anak remaja mulai menunjukkan ketertarikan dengan lawan jenis. Dalam aspek kognitif, anak remaja mengalami peningkatan dalam berpikir abstrak, idealistik, dan logis (Santrok, 2007a). Anak remaja akan berfokus pada dirinya sendiri (egosentris) dan membutuhkan penjelasan yang logis terhadap aturan-aturan yang diterapkan, seperti maksud dari penerapan jam malam, dan sebagainya. Oleh karenanya sangat penting melibatkan anak dalam membuat aturan mulai dari membahas maksud dari aturan dibuat, batas toleransi, konsekuensi dan komitmen peran orangtua dan anak sebagai orang yang akan diterapkan aturan tersebut. Dalam aspek sosial, remaja berfokus pada dorongan kemandirian dan identitas diri. Remaja akan meluangkan waktu lebih banyak dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua serta penerimaan dan pengakuan teman sebaya menjadi utama. Remaja akan sangat memperhatikan penampilnya guna untuk menempatkan diri di lingkungannya. Oleh karenanya, orang tua tetap perlu memantau, membimbing, mendukung dan menguatkan kemampuan anak dari jauh sebagai contoh ketika anak berkonflik dengan teman, orang tua cukup membimbing anaknya cara-caranya menyelesaikan konflik, bukan langsung menemui teman yang berkonflik dengan anak kemudian menyelesaiakan masalah untuk anak.
Bagaimana pengasuhan yang efektif untuk remaja? Menerapkan gaya pengasuhan 3C (connect, coach, correct). Dalam penerapannya, membangun hubungan dengan anak (connect) adalah tahapan yang mendasar dan diperlukan waktu yang paling besar. Hubungan yang dimaksud bukan hanya sekedar hadir secara fisik, tetapi juga membangun cinta, keamanan, perhatian, dan kontribusi dalam keluarga karena anak-anak membutuhkan hal tersebut. Ketika hubungan baik sudah terjalin tugas selanjutkan adalah latih (coach) anak-anak kita berbagai cara penyelesaian masalah, kontrol diri, bersikap tenang, kesabaran, dsb. Orangtua dalam melatih anak remaja bukan sekedar berperan menggurui melainkan mengkombinasikan keterampilan melatih yaitu mempimpin, mengajar, mendorong, dan menginspirasi. Dalam melatih, diperlukan kesabaran karena perlu dipahami membuat kesalahan bagi anak remaja adalah hal yang normal oleh karena itu, milikilah harapan yang masuk akal akan perilaku mereka dan fokus pada setiap upaya mereka lakukan. Jangan berharap kesempurnaan. Setelah orang tua membangun hubungan dan melatih anak, tahapan selanjutnya adalah koreksi. Tahapan koreksi adalah tahapan yang harusnya memiliki waktu paling sedikit. Ketika orang tua telah membangun hubungan dan melatih anak dengan baik, maka orangtua tidak akan sering mengoreksi anak. Koreksi bukanlah tahapan untuk menghakimi anak, tetapi koreksi adalah menerapkan ketetapan aturan dan konsekuensi. Dalam melakukan koreksi, hendaknya orangtua bersikap tenang karena tidak ada komunikasi yang baik dalam kemarahan (Moshosfsky & Moshosfsky, 2018).
Kegagalan dalam pengasuhan anak remaja adalah orangtua lebih memberikan waktu besar untuk koreksi dibandingkan dengan melatih dan membangun hubungan yang baik. Secara psikologis, orang cenderung tidak ingin dikoreksi oleh orang yang tidak memiliki hubungan baik dengannya. Selain itu, tujuan koreksi perilaku tidak akan tercapai jika seseorang tidak pernah dilatih bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan. Dan pada akhirnya perlu dipahami, pembentukan kepribadian dan perilaku anak tidaklah instan oleh karena itu pengasuhan memerlukan waktu, usaha dan konsistensi.